Tepat 20 tahun yang lalu, Liverpool arahan Rafael Benitez menciptakan comeback gemilang dengan mengalahkan Fulham 4-2 di Craven Cottage setelah tertinggal dua gol.
Peristiwa yang seakan menjadi catatan kaki dalam sejarah panjang Liverpool ini ternyata memiliki dampak signifikan terhadap perjalanan musim yang tak terlupakan, terutama dalam membentuk mental juara The Reds menuju kemenangan fenomenal di Istanbul.
Pada 16 Oktober 2004, Liverpool yang saat itu tampil kurang meyakinkan bertandang ke markas Fulham.
Benitez yang baru 11 pertandingan menangani The Reds masih mencari bentuk permainan terbaik timnya.
Kemenangan kandang atas Man City, West Brom, dan Norwich memang diraih, namun kemenangan tandang masih menjadi hal yang sulit dipahami.
Kondisi diperparah dengan absennya Steven Gerrard dan Harry Kewell, ditambah keputusan Benitez yang secara mengejutkan mencadangkan Xabi Alonso dan memilih Salif Diao untuk menemani Didi Hamann di lini tengah.
Keputusan tersebut terbukti menjadi bumerang. Liverpool tampil buruk di babak pertama dan tertinggal dua gol melalui Luis Boa Morte.
Benitez langsung bereaksi di babak kedua dengan memasukkan Alonso menggantikan Diao.
Pergantian ini membawa dampak instan. Liverpool mampu memperkecil kedudukan melalui gol Milan Baros yang berbelok arah setelah mengenai Zat Knight.
Momentum berbalik ke kubu The Reds, dan pada menit ke-71 Luis Garcia memaksa Edwin van der Sar melakukan penyelamatan yang kemudian disambar Baros menjadi gol.
Alonso kemudian mencetak gol pertamanya untuk Liverpool melalui tendangan bebas yang indah, sebelum akhirnya Igor Biscan menyegel kemenangan dengan gol perdananya di menit ke-90.
Lebih dari Sekedar Kemenangan
Kemenangan atas Fulham ini menjadi simbol kebangkitan Liverpool di bawah Benitez.
Comeback dramatis ini membuktikan bahwa The Reds mampu bangkit dari keterpurukan, sesuatu yang jarang terjadi di era Gerard Houllier.
Selain itu, kemenangan ini juga menunjukkan bahwa Liverpool tidak bergantung pada Gerrard.
Benitez perlahan menanamkan mentalitas juara di dalam skuad, bahwa mereka bisa meraih kemenangan meski tanpa sang kapten.
Cikal Bakal Keajaiban Istanbul
Ilustrasi: Miracle of Istanbul Liverpool vs AC Milan Final Champions League 2005. /Dok. Tim AI JadiProfesional.Com |
Banyak pengamat sepakat bahwa tanpa kemenangan di Craven Cottage, mungkin tidak akan ada keajaiban di Istanbul.
Mentalitas pantang menyerah yang ditunjukkan di Fulham menjadi fondasi ketika Liverpool menciptakan comeback yang lebih dramatis di final Liga Champions melawan AC Milan.
Meskipun tidak akan ada film atau buku yang dibuat untuk mengenang laga di Fulham, namun pertandingan tersebut memiliki arti penting dalam sejarah Liverpool.
Kemenangan tersebut menandai awal dari era baru The Reds di bawah Rafael Benitez, era yang dipenuhi dengan semangat juang dan mentalitas pemenang.***