Perjalanan hidup Pak Pipo, seorang investor properti sukses, bak roller coaster. Ia pernah merasakan manisnya gaji 11 kali UMR di usia 27 tahun, namun juga pahitnya kebangkrutan di tahun 2008 hingga tak mampu membeli nasi goreng seharga Rp.1.500 dengan isi dompet yang hanya ada Rp. 1.000.
Namun, berkat kegigihan dan strategi jitu, kini Pak Pipo menikmati hidup nyaman dari passive income 52 properti yang dimilikinya.
Kisah Pak Pipo bermula dari keinginannya untuk menjadi kaya. Terinspirasi buku Rich Dad Poor Dad karya Robert Kiyosaki, ia nekat resign dari pekerjaannya yang mapan dan terjun ke dunia bisnis.
Sayangnya, berbagai usaha yang dirintisnya gagal, mulai dari pengering padi hingga sikat gigi elektrik.
"Saya impor sikat gigi elektrik satu kontainer, 20.000 pcs. Eh, iklannya berhenti, jualan setengah mati. 83 tahun baru habis!" kenang Pak Pipo.
Puncaknya, di tahun 2008, klien satu-satunya bangkrut dan membuatnya jatuh miskin. "Mau beli nasi goreng Rp100 saja di dompet cuma ada Rp1.000," ujarnya.
Di titik terendah inilah, Pak Pipo menemukan "jalan ninja"-nya di dunia properti.
Ia teringat konsep passive income dari buku Robert Kiyosaki dan pengalamannya bekerja di perusahaan kredit.
"Saya cari properti yang income-nya lebih besar dari angsuran. Disewain, sewanya buat bayar angsuran," jelasnya.
Bermodalkan strategi ini dan skema DP 0%, Pak Pipo mulai mengakuisisi properti, terutama kos-kosan dan ruko yang kemudian disulap menjadi minimarket.
Ia berkolaborasi dengan franchisor minimarket ternama agar bisnisnya berjalan autopilot.
"Saya enggak pintar bisnis, makanya gandengan sama yang pintar. Mereka yang kelola, saya tinggal terima bagi hasil," ungkapnya.
Kini, Pak Pipo telah memiliki 52 properti yang tersebar dari Sumatera hingga Jawa Timur. Ia pun aktif berbagi ilmu dan pengalamannya melalui seminar dan kanal YouTube "Pecah Telur".
"Saya ingin orang lain juga bisa seperti saya. Kuncinya, jadilah orang yang berdaya dan bangun passive income," pesannya.
Tips Investasi Properti ala Pak Pipo:
- Tentukan bisnisnya dulu. Misalnya, minimarket, warteg, atau kos-kosan.
- Cari properti yang murah di daerah dengan UMR rendah.
- Pastikan cover area luas dan perizinan terbatas.
- Kolaborasi dengan franchisor berpengalaman.
- Mitigasi risiko dengan memilih bisnis yang long term dan autopilot.
Kisah Pak Pipo menjadi bukti bahwa kebangkrutan bukanlah akhir dari segalanya. Dengan tekad kuat, strategi yang tepat, dan kolaborasi yang baik, siapapun bisa bangkit dan meraih kesuksesan di dunia properti.
Disclaimer:
Artikel ini disusun berdasarkan transkrip video yang diberikan. Kebenaran informasi dan data sepenuhnya menjadi tanggung jawab narasumber.