TUG6BSAoTfO6TUW9GUW8GUG7Gi==

Cari Blog Ini

Headline

Pendidikan Karakter dalam Lakon Semar Mbangun Kahyangan

Menurut Mbak Novi, salah satu tantangan yang dihadapi dalam pendidikan saat ini adalah semakin menjauhnya karakter siswa dari nilai Jawa yang luhur.


Salam budaya, salam Bagas Waras kepada semua rekan-rekan dan saudara sekalian. Nama saya Cahyo, seorang seniman dalang yang berkecimpung di dunia pewayangan. 

Alhamdulillah, hingga saat ini kami, para seniman, khususnya yang terlibat dalam pertunjukan wayang kulit, mendapat banyak apresiasi positif dari berbagai pihak, termasuk institusi akademik dan universitas yang menjadikannya sebagai objek penelitian dan kajian. Ini tentu menjadi kebanggaan tersendiri bagi kami.

Salah satu yang saya ingin sampaikan adalah tentang apresiasi yang diberikan oleh Mbak Novitri Ambarwati, mahasiswi Fakultas Pendidikan Bahasa Jawa dari Universitas Negeri Semarang (UNNES). 

Saat ini, Mbak Novi tengah melakukan penelitian untuk tugas akhir atau skripsinya dengan mengambil salah satu lakon dari pertunjukan saya yang berjudul Semar Membangun Kayangan

Yang membanggakan, meski saya tidak menggunakan naskah tertulis dan banyak melakukan improvisasi, Mbak Novi berhasil menyusun hasil penelitian sepanjang 58 halaman.

Saya sangat menghargai kerja keras yang telah dilakukan oleh Mbak Novi. Saya juga meminta beliau untuk menjelaskan alasan memilih lakon Semar Membangun Kayangan sebagai objek penelitian. 

Dalam penjelasannya, Mbak Novi menyebutkan bahwa alasan utamanya adalah karena cerita ini kaya akan nilai-nilai pendidikan karakter yang sangat relevan untuk diterapkan pada siswa, terutama di tingkat SMA.

Menurut Mbak Novi, salah satu tantangan yang dihadapi dalam pendidikan saat ini adalah semakin menjauhnya karakter siswa dari nilai-nilai Jawa yang luhur. 

Ketika beliau melihat pertunjukan Semar Membangun Kayangan di channel YouTube saya, ia menemukan banyak pelajaran karakter yang bisa dijadikan contoh atau teladan bagi siswa-siswa, terutama yang sedang mempelajari cerita Mahabharata. Inilah yang memotivasinya untuk memilih cerita wayang ini sebagai bahan penelitian.

Setelah skripsi ini disusun, Mbak Novi akan menganalisis nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam lakon ini dan mengaitkannya dengan 18 nilai pendidikan karakter yang telah dirumuskan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2010. 

Contohnya, di menit ke 2 jam 44 dalam lakon ini, karakter Petruk menyampaikan pesan tentang pentingnya usaha yang disertai dengan doa kepada Tuhan.

Selain itu, ada juga nilai kejujuran yang ditunjukkan dalam dialog Petruk, yang mengajarkan bahwa pangkat dan derajat tidak ada artinya jika tidak disertai dengan kejujuran. Ini merupakan pesan moral yang sangat kuat dan relevan. 

Nilai-nilai lain yang dibahas antara lain adalah disiplin, kerja keras, kreativitas, demokrasi, semangat kebangsaan, dan cinta tanah air.

Sebagai contoh, ketika Petruk mengembalikan jimat Jamus Kalimosodo kepada gurunya, itu menggambarkan pentingnya tanggung jawab, serta menunjukkan betapa peduli dan setia Petruk pada masyarakat kecil. 

Dalam lakon ini, Petruk tidak hanya tampil sebagai tokoh humor, tetapi juga sebagai sosok yang penuh dengan nilai-nilai luhur.

Saya sangat berterima kasih kepada Mbak Novi yang telah memberikan perhatian dan penghargaan kepada seni wayang, khususnya wayang kulit, serta terus berupaya menggali nilai-nilai karakter yang terkandung di dalamnya. 

Semoga hasil penelitian ini bisa menjadi sumbangsih bagi pendidikan dan pelestarian budaya kita.

Teruslah mencintai budaya Indonesia. Terima kasih.

Daftar Isi
Place Your Ads Here
Formulir
Tautan berhasil disalin